Tuesday, September 24, 2013

FILOSOFI TEMBANG GUNDUL-GUNDUL PACUL

FILOSOFI TEMBANG GUNDUL-GUNDUL PACUL


"Gundul-gundul pacul,
gembelengan.....,
Nyunggi-nyunggi wakul-kul,
kelelengan.....,
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar,
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar”

Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga bersama teman-temannya. Tembang ini mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia maknanya.

Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota, lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota.

Pacul adalah cangkul, yaitu alat para petani untuk bekerja sehari-hari, melaksanakan tanggung jawabnya, yang terbuat dari lempeng besi dengan bentuk segi empat. Jadi pacul adalah lambang kawulo rendah yang kebanyakan dari mereka adalah petani.

Gundul Pacul artinya seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kehidupan yang sejahtera bagi rakyatnya!

Wakul atau bakul (semacam keranjang yang terbuat dari anyaman bamboo) adalah simbol dari amanah yang diberikan oleh rakyat yang harus dipikulnya 

Orang Jawa mengatakan pacul adalah "papat kang ucul" (= empat yang lepas). Di sini diartikan bahwa kemuliaan seseorang tergantung pada bagaimana menggunakan 4 hal, yaitu: mata, hidung, telinga, dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakatnya.

2. Telinga digunakan untuk mendengar nasihat.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.

4. Mulut digunakan untuk berkata adil dan bijaksana.

Jika 4 hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya! Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main atau tidak serius dalam menggunakan kehormatannya.

Maka GUNDUL-GUNDUL PACUL-CUL arti harfiahnya adalah jika orang yang kepalanya sudah kehilangan 4 indera dan gagal memikul WAKUL (amanah) yang telah mengakibatkannya GEMBELENGAN (sombong/tinggi hati) dan membuatnya KELELENGAN (sempoyongan) saat NYUNGGI WAKUL (memikul amanah) sehingga pada akhirnya menyebabkan WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh, tidak bisa dipertahankan). SEGANE DADI SAK LATAR (nasinya berantakan kemana-mana atawa sia-sia, sehingga tidak memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyatnya...)


Sungguh luar biasa filosofi kehidupan yang sangat dalam dari seorang Sunan Kalijaga … Subhaanallah….

No comments:

Post a Comment