Saturday, November 21, 2015

10 ALASAN MENGAPA ANAK ANDA MENGALAMI STRESS

10 ALASAN MENGAPA ANAK ANDA MENGALAMI STRESS
27 Agustus 2015 – Ketika Valaree Busse mendekati akhir tingkat ke delapan di SMP St. Paul NE, pembimbing sekolah memanggilnya beserta teman-teman sekelasnya untuk membahas apa yang disebut sebagai “penjajakan karir”. Pada umur 13 dan 14 tahun anak-anak itu diminta untuk merencanakan semua kegiatan kerjanya mulai 4 tahun mendatang saat mereka memasuki dunia perkuliahan di perguruan tinggi.
“Ada beberapa jalur yang bisa ditempuh yaitu; bagi mereka yang tidak berminat untuk meneruskan ke perguruan tinggi, bagi mereka uang ingin kuliah di PT selama 2 tahun dan bagi mereka yang berminat kuliah 4 tahun” begitu ujar Janet ibunda Valaree.
“Mereka harus membuat rencana karir pada akhir masa SMU sebagai seorang mahasiswa baru. Valaree belum tahu apa yang diinginkannya. Setahun yang lalu dia ingin memperdalam ilmu tari. Sekarang dia ingin kuliah di sekolah kedokteran hewan, namun belum tahu apakah menjadi seorang ahli teknologi kehewanan atau seorang dokter hewan. Mereka diberitahu bahwa bila anak-anak tidak memulai merencanakan karir masa depannya mulai sekarang, maka mereka akan ketinggalan dalam persaingan” lanjut bunda Janet. 
Tekanan pada kehidupan sosial Valaree semakin bertambah. “Bila anda melihat foto-foto teman-teman anda beserta orang lain yang ceria dan narsis habis di Facebook dan Instagram di mana anda tidak berada di antara mereka, itu sungguh amat menyakitkan” ujar ibunda Janet lagi. “Sebelum ada media sosial, anda tidak akan mungkin melihat banyak hal yang dilakukan oleh teman atau orang lain tanpa kehadiran anda”
Semuanya itu menjadi badai stress yang amat sempurna yang membuat Valaree yang biasa hidup bahagia dan ceria sering berurai air mata. “Dia pernah menangis terus-menerus selama 3 hari berturut-turut. Ia mengatakan secara berulang-ulang: ”Aku merasa sangat tertekan! Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri, karena saya harus berperan sebagai orang dewasa”. Dia tidak tidur di malam hari karena merasa khawatir apa yang akan dipikirkan seseorang tentang peran yang dijalaninya, yang kemudian bisa diposting di Facebook. Dan dia ingin menjadi seorang anak, namun harus memikirkan apa yang akan dilakukannya mulai 4 tahun dari sekarang”
Suatu Survei WebMD National menunjukkan bahwa para orang tua menganggap sekolah dan teman sebagai sumber terbesar tumbuhnya stress bagi kehidupan putra-putri mereka. Survei ini juga menemukan fakta bahwa 72% anak-anak didik mengalami perilaku yang negatif yang berkaitan dengan stress, dan 62% dari anak-anak itu menunjukkan adanya gejala-gejala fisik yang berkaitan dengan stress seperti sakit kepala dan sakit perut/mules.
Survei WebMD National itu diadakan saat survei stress di Amerika oleh Asosiasi Psikolog Amerika menemukan bahwa siswa SMU mengeluhkan mereka mengalami stress yang lebih besar dibanding yang dialami orang dewasa
Apa yang menjadi penyebab semua stress ini? Penelitian dan para ahli kesehatan anak mengungkap berbagai hal sebagai penyebabnya. Ini termasuk:
#1 – PERCEPATAN PERKEMBANGAN ANAK
Bagi banyak orang tua murid dan guru, Taman Kanak-kanak (TK) merupakan tingkat pertama bersekolah bagi anak. Tigapuuh tahun yang lalu, TK hanya hanya membimbing untuk menggambar dan menyusun balok. Sekarang, TK memberikan pekerjaan rumah (PR) selama rata-rata 25 menit per hari, sedangkan bagi murid kelas 1 dan 2, jumlah PR menjadi 3 kali lipat dari yang direkomendasikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (Amerika). Ini menurut suatu penelitian baru yang dilakukan oleh Unversitas Kedokteran Boston. Satu hasil penelitian lain oleh Universitas Virginia menemukan bahwa waktu yang dihabiskan untuk belajar membaca dini di TK meningkat sebesar 25% sejak tahun 1998, sedang waktu yang diluangkan untuk kesenian, musik dan pendidikan fisik mengalami penurunan yang drastis.
#2 – TEKANAN BELAJAR DAN ULANGAN YANG BERLEBIHAN
“Obsesi kami untuk menguji anak-anak memberikan tekanan yang amat besar kepada anak-anak itu” ujar Marian Earls, MD, seorang dokter spesialis anak yang mendalami perkembangan dan perilaku anak di North Carolina. “Saya melihat anak-anak kelas 3 SD datang bersama orang tua mereka yang melihat adanya masalah pada tidur anak mereka, anak mudah menangis, dan enggan untuk pergi ke sekolah karena banyaknya tuntutan belajar dan ulangan”
#3 – JADWAL BELAJAR YANG BERLEBIHAN
“Saya bisa bilang bahwa tingkat kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sekarang tidak seperti yang seharusnya mereka lakukan” ucap Todd Bentsen, seorang duda cerai dengan 2 anak di Washington, DC. “Saya tidak dijadwalkan sebagaimana cara saya harus membuat jadwal untuk anak-anak saya – misalnya perhatian setelah sekolah, kegiatan olah-raga, terapi bicara dan sebagainya. Saya merasa bahwa saya menghabiskan separoh waktu saya untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat hadir pada tempat mereka saat mereka dibutuhkan.” Kegiatan seperti olahraga dan musik seharusnya merupakan kegiatan yang meringankan stress bukan malah menambah stress.
“Anda harus bisa memahami anak anda dan perhatikan adanya isyarat pada diri mereka”, kata Sandra Hassink MD, Presiden Akademi Kedokteran Anak Amerika. “Kita semua mengenal kelompok anak-anak yang berjiwa bebas, yang paling sesuai dengan kegiatan yang tidak terjadwal. Dan kita juga mengenal adanya kelompok anak yang menyukai kegiatan terjadwal, yang ingin tahu apa yang akan terjadi kemudian. Oleh karena itu tidak ada hanya satu jawaban atau solusi.”
Perhatikan adanya isyarat pada anak anda. Jika anak anda memulai suatu jenis olah raga atau pelajaran musik yang baru dan mulai kelihatan lemah dan lesu serta tertekan, maka mungkin semua itu sudah terlalu banyak bagi dirinya
#4 – BERKURANGNYA SALURAN YANG SEHAT UNTUK MERINGANKAN STRESS.
Masih ingat masa liburan? Putra putri anda mungkin sudah melupakannya. Asosiasi Pendidikan Anak Nasional melaporkan bahwa 7% anak kelas 1 dan 8% anak kelas 3 tidak pernah mengalami masa libur. Sejak tahun 2008, 20% sistim pendidikan sekolah memperpendek masa liburan dengan rata-rata 50 menit (hampir satu jam) per minggu. Pendidikan fisik juga dipotong. Kebanyakan di antaar anak-anak mendapat PE kurang dari 2 kali per minggu
#5 – TONTONAN DAN BERITA MEDIA YANG BERLEBIHAN
Terima kasih kepada jaringan dan konektifitas 24 jam yang terus menerus saat ini. Namun anak-anak menjadi terpapar pada berita-berita mengerikan di usia muda. Dan jaman ini, anak-anak kecil lebih banyak dipertontonkan pada kekerasan dan seksualitas orang dewasa yang dibungkus sebagai acara entertainment. Dan seringkali ditonton tanpa hadirnya orang tua mereka. Fenomena ini diperparah dengan hadirnya smartphones dan tablets yang penggunaannya di kalangan anak-anak bak roket melangit.
Orang tua harus bisa menyaring informasi atau tontonan semacam ini, Hassink mengatakan: “Lihatlah konten berita atau tontonan yang dilihat oleh anak-anak. Perhatikan kepentingan mereka. Para orang tua harus hadir dan lebih perduli pada apa yang menjadi tontonan anak-anak”
#6 – BULLYING DAN PELECEHAN
Sebelum adanya internet, bila anda tidak diundang di satu pesta ulang tahun, anda akan mengetahuinya tanpa melihat foto-foto di Facebook yang memperlihatkan kegembiraan teman-teman yang tidak anda alami karena tidak diundang. Catatan yang tidak menyenangkan dari tangan ke tangan jaman dulu, sekarang beralih ke tulisan-tulisan yang melecehkan yang tersebar secara viral di internet hanya dengan satu klik pada keyboard.
Semua ini akan berlangsung untuk waktu yang panjang.  “Anak-anak menggunakan berbagai aplikasi seperti Yik Yak dan Snapchat untuk mengunduh komen maupun gambar yang mereka pikir akan hilang begitu saja, dan tentu saja semua yang sudah diunduh ke internet tidak akan hilang dan beredar terus ke mana saja” Ujar Janet, ibunda Valaree.
#7 – KURANG TIDUR
Tekanan sekolah dan daya tarik media sosial akan sedikit demi sedikit mengurangi kemanjuran obat stress yang penting, yakni: tidur. Menurut Yayasan Tidur Nasional (Amerika), sekitar sepertiga para orang tua mengatakan bahwa PR dan kegiatan sesudah sekolah mengganggu tidur sang anak.  Dan hampir 3 dari 4 anak berumur 6 – 17 tahun memiliki satu perlengkapan elektronik di kamar tidur mereka, yang tentu saja mengurangi waktu tidur malam mereka dengan hampir 1 jam. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan waktu tidur sedikit saja dapat mempengaruhi daya ingat, nalar dan suasana hati.
#8 – PENYAKIT KRONIS
Penyakit kronis yang sedang diderita olah anak-anak ini meningkat dengan lebih dari dua kali lipat selama periode tahun 1994 – 2006, dari 12,8% menjadi 26,6%, dengan penyakit asthma, obesitas dan masalah belajar dan perilaku menduduki peringkat atas. Sekitar 6,4 juta anak di USA telah didiagnosa dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder); yang merupakan peningkatan sebanyak 2 juta lebih dibanding satu dekade yang lalu. Ditambah, kondisi yang dulu membunuh anak-anak seperti HIV dan Down syndrome, sekarang menjadi penyakit kronis dan penyakit yang manageable. Kehilangan waktu sekolah dan kegiatan bermain karena kunjungan kontrol ke dokter, efek samping pengobatan dan ketidak mampuan melakukan sesuatu yang dapat dilakukan anak-anak lain dapat merupakan stress bagi anak dengan penyakit kronis
#9 – MASALAH KELUARGA
Masalah dalam keluarga seperti orang tua yang sakit, berpisah atau bercerai benar-benar dapat menyebabkan stress pada anak. Angka perceraian bertahan pada angka yang cukup stabil selama sekitar satu dekade, di mana terdapat sekitar 1,5 juta anak setiap tahun yang hidup dengan orang tua yang bercerai.
Namun sejumlah kecil anak yang lahir di antara tahun 1980 – 1990 tetap mengalami anxietas/kecemasan karena orang tua sering berpisah dan untuk waktu yang lama. Saat ini, lebih dari 2 juta anak-anak Amerika pernah memiliki orang tua yang ditugaskan ke Irak atau Afganistan, dan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari semua umur yang berasal dari keluarga militer mengalami lebih banyak stress dibanding anak-anak lainnya
#10 -  STRESS ORANG TUA
Keluarga merupakan pendukung bagi anak. Namun bila keluarga berjuang untuk dan tidak dapat memainkan peran itu, maka anak akan bertambah tertekan. “Sebagaimana kami meminta para orang tua untuk memperhatikan anak-anak mereka, maka para orang tua juga perlu memperhatikan diri mereka masing-masing” ucap Hassink. “Kita sebagai orang tua tahu bahwa kita memasuki zona di mana ‘kita harus melakukan banyak tugas berturut-turut’. Dengan meluangkan sedikit waktu yang tak terjadwal dengan putra putri anda, maka anda dapat mengurangi rasa tertekan dan memperoleh enerji untuk tugas berikutnya.
Seperti para orang tua lainnya, Busse dan sang suami memahami bahwa stress yang dialami Valaree putri mereka membutuhkan lebih banyak bantuan yang tidak dapat mereka berikan. Dengan memanfaatkan progam bantuan untuk karyawan yang ditawarkan oleh perusahan di mana  Busse bekerja, mereka mendapatkan seorang penasihat yang bisa membantu mereka. “Dia membantu memilah apa yang penting dan mana yang tidak” ujar Busse. “Dia juga behasil membuat Valaree untuk mulai mencatat, dan saya pikir kemampuan untuk mencatat segala kegiatannya ini amat membantu. Dia memberikan alat yang diperlukan Valaree untuk menyesuaikan diri dengan tekanan yang ia hadapi, dan Valaree menjadi semakin baik dalam hal menceritakan hal-hal yang ia butuhkan
MENGENAL STRESS: TANDA-TANDA YANG HARUS ANDA PERHATIKAN
Bagaimana anda bisa tahu kalau putra atu putri anda mengamai stress? Anda bisa mengira bahwa anda mengetahuinya, namun tidak selalu dapat dikenali. Stress dan anxietas pada anak seringkali berlangsung tanpa diketahui karena merupakan kelainan tanpa gejala. Anak-anak bereaksi ke ‘dalam’ dan tidak memperlihatkan tanda-tanda di sekolah. Oleh karenanya mereka tidak dicurigai mengalami stress karena mereka tidak mengganggu murid yang lain.
Perhatikan tanda-tanda di bawah ini:
·         Bertindak mengganggu atau moody yang tidak lazim
·         Perubahan performa sekolah yang tidak dapat dijelaskan
·         Menjauhkan diri dari teman-teman
·         Tidak mengikuti kegiatan yang sebetulnya disenanginya
·         Gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti sering sakit perut atau sakit kepala, dan sering mendapat perawatan di klinik sekolah
·         Tidur lebih banyak atau sebaliknya lebih sedikit dari biasanya
·         Makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya
Setiap orang mengalami stress dan kecemasan. Itu umum terjadi, terutama selama masa kanak-kanak. Namun apakah stress menyebabkan terganggunya kehidupan si anak? Apakah akan berlangsung lama? Jika anak anda melalui satu minggu yang penuh stress, dan kecemasan yang dialaminya menghilang setelah semuanya mereda, maka itu adalah normal. Namun bila stress menonjol dan sering, serta tidak mereda, maka itulah saatnya anda untuk mengunjungi seorang psikolog anak untuk membantu anda mengatasi problem stress yang dialami sang putra/i anda
CARA MEMBANTU ANAK ANDA MENGATASI STRESS
Bila anda melihat adanya tanda-tanda stress pada anak anda, di bawah ini ada beberapa tips dari Spindel tentang cara memperbaiki keadaan ini:
·         Menjaga Kontak Dengan Putra-Putri Anda. Cara terbaik untuk meningkatkan kegembiraan pada anak adalah dengan tetap menjaga kontak denga mereka. Pastikan anda menyediakan waktu saat anda mematikan ponsel dan alat komunikasi lainnya, dan pastikan juga bahwa anda berbicara dengan mereka dan sebaliknya.
  • Tetaplah Tenang. Keluarga senantiasa lari dari satu hal ke hal lainnya. Pastikan pitra/i anda memperoleh waktu di rumah secara regular dan tidak direncanakan saat mereka bermain, beristirahat, atau melakukan apapun yang mereka suka. Ini menyediakan ruang di mana mereka bisa memilih dan mengambil, dan yang menyejukkan suasana, penuh kegembiraan dan bebas dari stress. Semua anak perlu bersantai dan bergembira
  • Namakan Stress dan Normalkan Keadaan Kembali. Untuk anak, Spindel menamakan stress dengan “worry bully” or “Mr. Worry.” Stress dapat membuat anak merasa bahwa tubuhnya ada di luar kontrol mereka. Jelaskan pada mereka bahwa stress adalah reaksi tubuh terhadap kejadian menakutkan yang dicemaskan akan terjadi. Dan bila mereka belajar untuk mengenali tanda-tanda itu, mereka dapat melakukan sesuatu, seperti bernapas dalam-dalam (deep breathing) untuk meredakan reaksi stress
  • Tetap Menjalankan Kebiasaan-Kebiasaan Yang Menyehatkan seperti nutrisi yang baik dan tidur secara teratur
  • Minta Petunjuk Dokter Anak atau konsultan bila stress pada anak kelihatannya menetap dan mengkhawatirkan
  • Perhatikan Diri Anda Sendiri. Periksalah emosi anda sendiri sebelum anda merawat putra/i anda. Bila anda berhasil menghilangkan stress pada diri anda, maka ini dapat memperkuat hubungan anda dengan putra/i anda

No comments:

Post a Comment