Wednesday, November 18, 2015

SEDIKIT BICARA BANYAK BEKERJA

SEDIKIT BICARA BANYAK BEKERJA
Sedikit Bicara Banyak Bekerja, Apakah Masih Valid?
Lima puluh tahun lalu mungkin peribahasa itu benar. Padanan peribahasa yang mirip- mirip itu: “Diam adalah emas”. Tetapi, saat ini, bicara adalah berlian. Semua hal berkaitan dengan komunikasi, semua orang dituntut untuk mampu bicara, semua pelaku peran wajib: bicara! Jangan menjadi terpengaruh oleh jargon iklan yang sekedar jual produk.
Untuk memenangkan persaingan masa depan, kita musti berkomunikasi dengan dunia luar. Untuk bisa berkomunikasi, kita harus ‘banyak bicara’. Mengapa harus banyak bicara? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan pertanyaan: apakah dengan diam, kita bisa terdengar diantara jutaan yang sedang bicara? Supaya diam kita diketahui, kita harus terlihat, supaya terlihat kita harus bicara. Maka tetap saja kita harus bicara!
Perhatikan, mengapa Michael Schumacher bisa menembus tujuh kali juara dunia di balap F1? Mengapa Kimi Raikkonnen hanya satu kali juara dunia disepanjang karir F1? Apa bedanya Schumi dan Kimi karena mereka berdua secara individu sama-sama hebat di belakang setir Ferrari. Mereka punya tunggangan yang sama- sama hebat, tim yang mendukung sama kuat, manager teknik mereka sama piawainya, tetapi kok prestasi mereka berbeda? Mengapa bisa beda adalah karena masalah kecakapan komunikasi.
Scumi sangat aktif bicara. Ia selalu berkomunikasi dengan manajer teknik, dengan seluruh anggota team pit stop, ia bicara dengan seluruh crew. Apa yang dia bicarakan? Harapannya atas kinerja mobil, keluhan dan saran atas performa mobilnya bila melibas tikungan, getaran di jalur lurus, sudut aerodinamikanya. Ia bicara apa saja yang membuat seluruh anggota team menjadi penuh energi, bersemangat membantunya mewujudkan ambisi seluruh team: menjadi yang terbaik di trek.
Bagaimana Kimi? Kimi seratus delapan puluh derajat beda dengan Schumi, ia contoh dari ‘talk less do more’. Ia yakin kalau ia membalap di trek sebaik-baiknya bakal mendulang prestasi sebaik-baiknya. Tetapi ia lupa, bahwa banyak orang yang bekerja sebelum dan selama mobilnya melaju di atas trek. Ia sangat minim komunikasi, ia tidak mengeluarkan harapan dan keluhan performa mobilnya ke seluruh team. Orang-orang yang bekerja untuknya tidak tahu apa yang perlu dilakukan khusus untuk mendukung performanya. Orang-orang, manajer dan seluruh crew menjulukinya ‘the Iceman’. Si manusia es yang tidak mau ngomong. Kimi telah membuktikan pada Kita: sedikit bicara banyak kerja adalah salah total.
Kita harus bicara sembari melakoni pekerjaan kita. Kita membutuhkan orang lain tahu apa yang sedang kita lakukan. kita perlu tahu orang lain sedang melakukan apa dengan cara bagaimana dan apa kira-kira harapan outputnya.
Berbuat dan bicara adalah dua hal yang saling memperkuat. Tentu jika hal yang dibicarakan selaras dengan yang sedang dikerjakan. Terutama bila kita membutuhkan orang lain untuk mendukung kelancaran pekerjaan kita. Lihat, ribuan hasil karya orang tidak pernah bermanfaat bagi kehidupan karena tidak pernah terdengar oleh orang-orang lain, karena tidak pernah disuarakan.

No comments:

Post a Comment