Saturday, January 9, 2016

ARAB, BARAT DAN INDONESIA

ARAB, BARAT DAN INDONESIA
Sebuah Fenomena Yang Memang Ada
H. Sumanto Al Qurtuby - Riyadh, October 26, 2015 at 6:05 pm
Berikut saya copas tulisan teman dan senior saya, seorang professor Warga Negara Indonesia, dosen di King Fahd University for Petroleum and Gas, Arab Saudi.
Bismillaahi Robbil 'Aalamiin...
Saya membuat tulisan ini, bukan untuk merendahkan bangsa saya, Indonesia Tercinta. Bukan pula menyerang Arab khususnya Arab Saudi tempat saya berdomisili saat ini.
Tapi saya bermaksud untuk membangunkan teman-teman, kakak, dan adik-adik saya warga negara Indonesia dimana saja berada. Agar bisa memilih dan memilah, mana yang bisa dijadikan panutan/pedoman, serta mana pula yang harus diwaspadai. Harapan saya hanya satu, semoga Indonesia selalu dirahmati oleh Allah Tuhan Alam Semesta Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya, dan anak-anak bangsa ini -termasuk saya- tidak menjadi bangsa yang inferior, tidak mudah kagum, dan tidak mudah menjadi beo.
Begini, saya melihat hubungan antara Arab (khususnya Arab Teluk), Barat (khususnya Amerika), dan Indonesia (khususnya yang pro-Arab) itu unik, menarik, dan lucu.
Negara-negara Arab, khususnya Teluk itu "sangat Barat" dan jelas-jelas pro-Amerika (dan Inggris). Hampir semua produk-produk Barat dari ecek-ecek (semacam restoran fast foods) sampai yang berkelas dan bermerek untuk kalangan berduit, semua ada di kawasan ini.
Mall-mall megah dibangun, a.l., untuk menampung produk-produk Barat tadi.
Warga Arab menjadi konsumen setia karena memang mereka hobi shopping (bahkan terkadang lalai dengan sembahyang).
Orang-orang Barat juga mendapat "perlakuan spesial" disini, khususnya yang bekerja di sektor industri (gaji tinggi, fasilitas melimpah).
Mayoritas orang-orang Arab juga sangat hormat dan inferior terhadap orang-orang Barat.
Saya sering jalan bareng bersama "kolega bule"-ku ke tempat pameran barang-barang branded tsb, dan mereka menganggap saya adalah "jongosnya".
Bagi orang-orang Arab, non-bule darimanapun asalnya apapun agama mereka (Islam kah, Kristen kah) adalah "kelas buruh" sementara orang-orang bule -sekere dan sebego apapun mereka, beragama atau tidak beragama - dianggap "kelas elit". Mereka baru menaruh rasa hormat, kalau sudah tahu "siapa kita".
Sejumlah universitas-universitas beken di Amerika juga membuka cabang di Arab Teluk, selain Saudi, (Georgetown, New York University, Texas A & M, Carnegie Melon University, dll). Di bawah bendera King Abdullah Scholarship, Saudi telah mengirim lebih dari 150 ribu warganya untuk belajar di kampus-kampus Barat, khususnya Amerika, Kanada & Eropa (juga Aussie). Tidak ada satu pun yang disuruh belajar ke Indonesia!! 
Sementara (sebagian) warga Indo memimpikan belajar di Arab Saudi.
Lucunya, para fans Arab Saudi dan Arab-Arab lainnya di Indonesia, mereka mati-matian meng-tuan-kan Arab, sementara Arab sendiri tidak "menggubris" mereka.
Para "cheerleaders" Arab ini (para fans Arab di Indonesia) juga mati-matian anti-Barat padahal orang-orang Arab mati-matian membela Barat. Saya bukan anti-Arab atau anti-Barat karena teman-teman baikku banyak sekali dari "dua dunia" ini. Saya juga bukan pro-Arab atau pro-Barat. Saya adalah saya yang tetap orang kampung Jawa. 
Daripada "menjadi Arab" atau "menjadi Barat", akan lebih baik jika kita menjadi "diri kita sendiri" yang tetap menghargai warisan tradisi dan kebudayaan leluhur kita...
Itulah orang Saudi, mereka menganggap kecil sama orang Indonesia, di hotel, di kantor, bahkan mrk menyangka saya cuma tenaga profesional ecek ecek, mereka tanya gaji, disangka cuma 2 ribu atau 3 ribu Real, waktu saya bilang jumlah gaji saya, mereka baru tahu gaji saya sama dengan orang Amerika atau Inggris, dan mereka tanya kok bisa begitu, saya bilang, saya pernah training di Inggris dan di Amerika, dan ternyata gaji saya lebih besar dari gaji dokter Saudi, itulah kenyataannya, dan yang menggaji saya perusahaan di Abu Dhabi yang tidak menganggap rendah karyawannya berdasarkan kebangsaan atau Nationality profiling.
Mudah mudahan  pemerintah tidak mengirim lagi TKI atau TKW sehingga mereka tidak menganggap orang Indonesia  bangsa budak. Tetapi kirim tenaga terdidik Terutama yang menguasai bahasa Inggris.
Sekali lagi : Saya bukan anti Arab dan juga bukan anti Barat saya cuma orang Indonesia yang dipercaya sebagai orang yang bekerja sebagai tenaga ahli yang dibayar berdasarkan keahliannya. Hehehe

Suatu hari, dan ini bukan untuk menyombongkan diri, saya  merasa bangga ketika saya keluar dari sebuah hotel di Jeddah, saya dijemput oleh sopir orang Arab berasal dari Thaif. Itu kebanggaan saya, karena biasanya yg jadi sopir itu orang Indonesia.

No comments:

Post a Comment