Tuesday, February 11, 2014

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) – Bagian 4

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) – Bagian 4
Apa saja pengobatan untuk lupus eritematosus sistemik?
Tidak ada obat yang permanen untuk LES. Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala dan melindungi organ dengan mengurangi peradangan dan/atau tingkat aktivitas autoimun dalam tubuh. Pengobatan yang tepat diputuskan secara individual. Banyak orang dengan gejala-gejala ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan atau hanya minum obat anti-inflamasi secara periodik. Mereka dengan penyakit yang lebih serius yang melibatkan kerusakan organ-organ internal mungkin memerlukan kortikosteroid dosis tinggi dalam kombinasi dengan obat lain yang berkhasiat menekan sistem kekebalan tubuh.
Orang dengan LES perlu lebih banyak istirahat selama periode penyakit yang aktif. Para peneliti telah melaporkan bahwa kualitas tidur (LESep) yang buruk adalah faktor penting dalam terjadinya kelelahan pada orang dengan LES. Laporan-laporan ini menekankan pentingnya bagi orang-orang dan dokter untuk memperhatikan kualitas tidur dan efek yang mendasari depresi (depression), kurang olahraga (exercise), dan strategi perawatan diri-sendiri untuk kesehatan secara keseluruhan. Selama periode ini, arahan latihan dari dokter masih penting untuk menjaga tonus otot dan berbagai lingkup gerakan persendian.
Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS) sangat membantu dalam mengurangi peradangan dan nyeri otot, sendi dan jaringan lain. Contoh OAINS termasuk aspirin, ibuprofen (Motrin), naproxen (Naprosyn) dan sulindac (Clinoril). Karena respon individu terhadap OAINS bervariasi, maka umumnya seorang dokter akan mencoba obat OAINS yang berbeda untuk menemukan yang paling efektif dengan efek samping yang paling sedikit. Efek samping yang paling umum adalah perut tidak nyaman, sakit perut, tukak, dan bahkan perdarahan tukak. Obat OAINS biasanya diminum bersama makanan untuk mengurangi efek samping. Kadang-kadang, obat untuk mencegah ulkus saat minum OAINS, seperti misoprostol (Cytotec), diberikan secara bersamaan
Kortikosteroid lebih kuat daripada OANIS dalam hal mengurangi peradangan dan mengembalikan fungsi bila penyakit ini aktif. Kortikosteroid sangat membantu bila ada organ dalam yang terkena. Kortikosteroid bisa diberikan per-oral (diminum), disuntikkan langsung ke sendi dan jaringan lainnya, atau diberikan intravena. Sayangnya, kortikosteroid memiliki efek samping yang serius bila diberikan dalam dosis tinggi untuk jangka waktu yang panjang, dan dokter akan mencoba untuk memonitor aktivitas penyakit agar didapat dosis terendah yang aman. Efek samping dari kortikosteroid meliputi naiknya berat badan, penipisan tulang dan kulit, infeksi, diabetes, wajah bengkak (moon-face), katarak, dan matinya jaringan (nekrosis) pada sendi-sendi besar.
Hydroxychloroquine (Plaquenil) adalah obat anti malaria yang ditemukan efektif terutama bagi penderita LES dengan kelelahan, keterlibatan kulit dan penyakit sendi. Secara konsisten minum Plaquenil dapat mencegah terjadinya flare-up pada pasien lupus. Efek samping jarang ditemukan, tetapi dapat meliputi diare, sakit perut, dan perubahan pigmen mata. Perubahan pigmen mata jarang terjadi, tetapi memerlukan pengawasan oleh dokter mata (spesialis mata) selama pengobatan dengan Plaquenil. Para peneliti telah menemukan bahwa Plaquenil secara signifikan menurunkan frekuensi penggumpalan darah yang abnormal pada penderita lupus sistemik. Selain itu, efek ini tampaknya independen dari penekanan imunitas, yang menyiratkan bahwa Plaquenil langsung berkhasiat pada pencegahan penggumpalan darah.

Penelitian yang menarik ini menekankan betapa pentingnya bagi penderita dan dokter guna mempertimbangkan Plaquenil untuk penggunaan jangka panjang, terutama bagi orang-orang LES yang berisiko untuk terjadinya pembekuan darah di vena dan arteri, seperti mereka dengan antibodi fosfolipid (antibodi cardiolipin, antikoagulan lupus, dan tes penyakit seksual menular positif palsu pada laboratorium penelitian). Ini berarti bahwa Plaquenil tidak hanya mengurangi kemungkinan terjadinya flare kembali pada LES, tetapi juga bermanfaat untuk mengencerkan darah guna mencegah terjadinya pembekuan darah abnormal yang berlebihan. Plaquenil biasanya digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan lain untuk lupus.
Untuk penyakit kulit yang resisten, obat antimalarial lainnya, seperti klorokuin (Aralen) atau quinacrine, dianggap dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan hydroxychloroquine. Obat-obat Alternatif untuk penyakit kulit meliputi dapsone dan retinoic acid (Retin-A). Retin-A seringkali efektif untuk penyakit kulit lupus yang tidak lazim berbentuk seperti kutil. Untuk penyakit kulit yang lebih parah, penggunaan obat imunosupresif  sebagaimana dijelaskan di bawah.
Obat-obatan yang menekan kekebalan tubuh (obat imunosupresif) juga disebut obat-obatan sitotoksik. Obat imunosupresif digunakan untuk merawat pasien dengan manifestasi LES yang lebih parah, seperti kerusakan organ-organ dalam. Contoh obat imunosupresif: methotrexate (Rheumatrex, Trexall), azathioprine (Imuran), cyclophosphamide (Cytoxan), chlorambucil (Leukeran), dan siklosporin (Sandimmune). Semua obat imunosupresif dapat menekan jumlah sel darah dengan serius dan meningkatkan risiko infeksi dan perdarahan. Obat imunosupresif tidak boleh diminum selama kehamilan (pregnancy) atau konsepsi karena berisiko bagi janin. Efek samping lain berbeda-beda untuk masing-masing obat. Sebagai contoh, Rheumatrex dapat menyebabkan toksisitas hati, sementara Sandimmune dapat mengganggu fungsi ginjal. 
Dalam beberapa tahun terakhir, mycophenolate mofetil (CellCept) telah digunakan sebagai obat yang efektif untuk lupus, terutama bila dikaitkan dengan penyakit ginjal. CellCept telah membantu membalikkan penyakit ginjal lupus aktif (penyakit ginjal lupus) dan mencegah serangan ulang setelah keadaan tenang. Efek sampingnya yang lebih rendah merupakan keunggulan dibanding obat-obatan imunosupresif tradisional lainnya.
Pada pasien dengan LES otak (lupus cerebritis) atau penyakit ginjal (Nefritis lupus) yang serius, Plasmaperesis kadang-kadang digunakan untuk menyingkirkan antibodi dan zat kekebalan lain dari darah untuk menekan kekebalan. Plasmaperesis adalah proses pengambilan dan penyaringan darah dengan cara melewatkannya melalui mesin penyaringan darah, kemudian darah yang bersih tanpa antibodi dialirkan kembali ke tubuh. Jarang, orang-orang dengan LES mengalami keadaan rendah trombosit yang serius, sehingga meningkatkan risiko pendarahan spontan dan berlebihan. Karena limpa diyakini menjadi tempat utama penghancuran trombosit, operasi pengangkatan limpa kadang-kadang perlu dilakukan untuk meningkatkan trombosit. Perawatan lainnya termasuk Plasmaperesis dan penggunaan hormon laki-laki. Plasmaperesis juga telah digunakan untuk menyingkirkan protein (kryoglobulin) yang dapat menyebabkan vaskulitis. Kerusakan ginjal stadium akhir dari LES memerlukan dialisis dan/atau transplantasi ginjal.
Penelitian terbaru menunjukkan manfaat rituximab (Rituxan) dalam mengobati lupus. Rituximab adalah infus antibodi intravena yang menekan sel darah putih tertentu, yakni sel B, dengan mengurangi jumlah mereka dalam sirkulasi darah. Sel B telah ditengarai memainkan peran sentral dalam kegiatan lupus, dan jika mereka ditekan, penyakit cenderung menunjukan perbaikan. Hal ini mungkin sangat bermanfaat bagi orang-orang dengan penyakit ginjal.  
Pengobatan B-sel-supresan yang baru adalah belimumab (Benlysta). Belimumab memblokir stimulasi sel B (satu B-lymphocyte stimulator atau BLyS-spesifik inhibitor) dan diindikasikan untuk pengobatan pasien dewasa dengan autoantibodi positif aktif, lupus eritematosus sistemik yang diberikan terapi standar. Hal ini penting untuk dicatat bahwa kemanjuran belimumab belum dievaluasi pada pasien dengan lupus nefritis aktif yang parah atau lupus sistem saraf pusat aktif yang parah juga. Belimumab belum dtelitii dalam kombinasinya dengan intravenous cyclophosphamide atau terapi biologik lainnya
Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa dosis rendah suplementasi diet dengan minyak ikan omega-3 dapat membantu pasien lupus melalui penurunan aktivitas penyakit dan kemungkinan mengurangi risiko penyakit jantung.
ARTIKEL LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES)






No comments:

Post a Comment